Everybody have phones
nowadays, but did you remember your previous phones? Handphone atau telepon gengam atau telepon seluler adalah barang
yang wajib dimiliki orang-orang masa kini untuk berkomunikasi. I mean, hello? Bahkan induk semang saya
pas KKN dulu yang sudah sepuh saja
punya ponsel! Selain untuk komunikasi melalui telepon, SMS, atau instant messaging seperti Whatsapp,
Line, BBM, YM, dan lainnya kita juga bisa mengakses internet, mendokumentasikan
sesuatu, bahkan sekarang HP bisa jadi remote
AC dan TV juga. kayak Xiaomi saya Dulu pasar HP yang dikuasai oleh Nokia
dengan bentuknya yang unik dan daya tahannya yang legenda kini sudah kalah dengan Smartphone buatan China. Saya masih
ingat betul dulu kalau ingin membeli ponsel sudah pasti harus Nokia. Dari yang monophonic hingga yang pholypantai Polyphonic, yang ada Bluetooth atau Infrared, yang bisa dibuka atau diputar 360 derajat Nokia punya
semua! Namun kini berubah semenjak negara api menyerang tahun 2008 dimana Nokia tetap kekeuh menggunakan Operating System Symbian andalannya
ketimbang menggunakan OS yang lebih modern seperti Android.Alhasil, Nokia pun kalah saing dengan smartphone. Kini raksasa itu
telah binasa tertelan masa dan lahirlah era Smartphone alias ponsel pintar.
Saya yakin setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya
ganti ponsel, entah karena ponselnya ketinggalan jaman katenye!, bosan, rusak, atau
bahkan karena hilang. Saya sendiri telah mengalaminya beberapa kali sampai tak
bisa dihitung jari. padahal bisa Oke, hari ini kita break dulu menceritakan kuliah sekarang
kita nostalgia sama-sama membahas kenangan bersama ponsel tercinta
dulunya. Pertama kali saya punya ponsel adalah pas saya kelas 5 SD. Saya yang
waktu itu baru disunat dan saya meminta kepada orang tua saya untuk dibelikan
ponsel. Ponsel pertama saya adalah Nokia 3220, sebuah ponsel yang punya semacam
lampu di sisi kanan-kiri sebanyak 4. Ponsel ini menarik hati saya lebih
tepatnya menarik mata dan saya memutuskan untuk memilikinya. Dilengkapi dengan fitur
yang tidak dimengerti oleh anak kecil semacam saya pada waktu itu saya sudah
cukup senang karena akhirnya bisa punya alat yang bisa untuk menelpon atau SMS. padahal isi kontak cuman Mama dan Papa Namun sebuah ponsel adalah tanggung jawab yang besar untuk seorang anak kecil.
Alkisah satu minggu setelah dibelikan ponsel saya pergi bermain bersama
teman-teman saya yang punya ponsel juga sampai akhirnya saya pulang sore hari,
mandi, dan saya ketiduran. Saya lupa bahwa ponsel saya masih di celana saya dan
sialnya lagi celana itu dicuci oleh pembantu saya yang tidak mengecek kantong
saya terlebih dahulu. Kelanjutannya dapat tertebak, ponsel saya rusak karena
‘dimandikan’ dan saya sedih setengah mati.
Ponsel Kedua saya adalah Nokia 5200 dengan model slide-nya dan dijuluki “Music Phone” pada jamannya. Naasnya lagi ponsel ini hanya saya pegang selama seminggu juga!
Ini semua gara-gara si komo kakak saya! Alkisah waktu itu kakak saya ponselnya
rusak dan dia yang sedang aktif-aktifnya di dunia entertainment (kakak saya pemain FTV dan binatang bintang iklan
waktu itu) harus memegang ponsel 24x7 untuk siaga jika ada panggilan casting. Dia pun akhirnya meminjam ponsel saya dan dengan berat hati saya pinjamkan. Saat itu dia juga sedang
senang-senangnya bermain Counter Strike di gamecenter
legendaris Commando yang dulu letaknya sebelah Bandung Electronic Center.
gobloknya Ternyata kakak saya menghilangkan ponsel saya disana karena saat itu
dia sedang berburu-buru. sial amat dah gw Tapi di setiap musibah pasti ada yang
namanya hikmah. Kakak saya seorang yang bertanggung jawab dan banyak duit
sehingga dia menggantikan ponsel saya yang hilang dan meng-upgrade-nya menjadi lebih baik.
Kakak saya membelikan saya Nokia 5300, ponsel dengan model
yang sama tapi dengan fitur yang lebih bagus. Ponsel ini adalah ponsel ketiga
saya dan karenanya saya tidak jadi sedih lagi. Ponsel ini merupakan ponsel yang
punya slot external memory card, multimedia player, dan bisa diinstal games yang banyak dan keren-keren. Dulu
website Waptrick.com lagi booming di
kalangan kami anak-anak SMP. Disana saya bisa mengunduh game untuk ponsel saya secara gratis. Selain game, disana juga bisa mendownload mp3, tema, dan aplikasi. Dulu
belum ada namanya paket data di counter pulsa
alhasil kalau ingin mengunduh saya harus mengorbankan pulsa berjuta-juta. lebay Bermodal pulsa 20
ribu, saya mengunduh banyak game. Di
saat itulah saya gelap mata, merasa ponsel saya yang paling jaya. Dulu adik
saya yang berumur kurang lebih 8 tahun senang memainkan ponsel saya karena
banyak game-nya. Saya pun dengan
jahatnya ‘merentalkan’ ponsel saya kepada adik saya layaknya sebuah rental
Playstation. Dengan membayar 3 ribu adik saya si Didit saya perbolehkan bermain
ponsel saya sepuasnya selama seharian. Ini adalah salah satu dari perbuatan
yang saya lakukan ke adik saya yang saya sesali . Keesokan harinya mungkin
karena kualat saya menerima musibah.
Ponsel saya raib digelapkan oleh orang jahat yang sampai sekarang tidak
tertangkap. Ceritanya waktu hari sabtu saya pulang berjalan bersama dengan
teman saya yang jurusan angkotnya berbeda. Saya naik angkot kuning ke
Cibaduyut, teman saya naik angkot hijau ke Soreang. Setelah kami berpisah saya
dicegat 2 orang brengsek yang menuduh bahwa saya memukuli adik mereka dan
meminta saya untuk memenemui adiknya di rumah sakit. Saya yang waktu itu takut
hanya manut saja. Saya dibawa
ke RS Bhayangkara Buah Batu, tapi ternyata saya tidak berhenti disana malah
berhenti di komplek sepi di dekatnya yang mereka bilang bahwa tempat mereka
tinggal sembari menunjukkan salah satu rumah yang sepi disana. Sesampainya
disana saya diancam agar tidak menemui adik mereka karena takut saya akan
dikeroyok oleh temannya yang menjenguk. gimana sih nih? goblok, tapi lebih
goblok yang kena tipu Saya yang bercucuran keringat bingung harus bagaimana
sampai salah satu dari mereka bilang untuk meminjam ponsel saya untuk memfoto
saya untuk memastikan ke adik mereka bahwa saya lah ‘pelaku’ yang memukuli adik
mereka. Saat saya tanya kenapa tidak pakai ponsel mereka sendiri mereka
menunjukkan ponsel Nokia jadul mereka yang tidak punya kamera. Akhirnya karena
takut saya pun meneruti keinginan mereka. Mereka ‘meminjam’ ponsel saya dan
memfoto saya. Mereka mengancam saya untuk tidak kemana-mana kalau benar bahwa
saya yang ‘memukuli’ adik mereka. Dengan motor mereka langsung melesat
menghilang tanpa jejak. 1 jam saya menunggu mereka tak kunjung kembali juga.
Akhirnya saya mampir ke warung di dekat sana untuk membeli minum sebentar dan
menanyakan ke pemilik warung siapa yang tinggal di rumah yang mereka tunjuk
tadi. Alangkah luar biasa kagetnya saya saat sang pemilik warung bilang itu
rumah kosong! iyalah kan keliatannya sepi udah pasti kosong, goblok Dengan panik
sambil menangis saya menceritakan keadaan saya dan syukurnya pemilik warung
bersimpati dengan saya dan menyuruh salah satu pemuda di komplek itu untuk
mengantarkan saya pulang. Sesampainya di rumah, saya langsung menceritakan
semua kejadian itu ke Mama saya dan mama saya pun kaget setengah mati. dan
memarahi saya
Ponsel keempat saya adalah Samsung XX, saya lupa serinya
tapi ponsel saya ini tipe yang bisa di-flip.
Ponsel kedua saya punya fitur yang standar seperti ponsel pertama saya cuman
buat telepon dan sms. Saya menunggu 3 bulan lebih untuk diberi ponsel lagi
setelah musibah saya dulu. Satu lagi pengalaman goblok unik disini. Saya dapat
ponsel Samsung ini waktu saya kelas 8 dimana yang namanya ketertarikan mengenal
lawan jenis sudah mulai muncul. Waktu itu saya diajak kenalan sama cewek dari SMP lain dan kami suka kontak
lewat sms-an. Dulu pas jaman saya SMP, operator
sedang baik-baiknya dengan memberikan bonus sms setiap kali mengirim 5 sms
ke sesama operator, berhubung operator kami sama jadinya saya tidak
pernah repot-repot mengisi pulsa. Sampai pada suatu hari saya sedang asyik
ber-SMS-an ria sama si dia tiba-tiba sms yang saya tidak bisa terkirim. Saya
coba kirim ulang berkali-kali tetap sama. Saya bingung mencari penyebabnya
sampai tanya Mama dan Papa pun tetap tidak bisa. Seminggu berlalu saya mencoba
bertanya ke orang yang jualan pulsa di dekat rumah saya. Dia bilang kartu saya
ini sudah ‘hangus’ karena tak pernah diisi pulsa. Akhirnya saya membeli kartu
baru dan berusaha mengkontak lagi si dia, tapi sialnya setelah saya menjeleaskan
panjang lebar sama dengan luas si dia tidak lagi membalas SMS saya. There you have it, folks! Hubungan yang
ambyar gara-gara pulsa! MIRIS SUMPAH!
Merasa ponsel saya sudah jadul
dan kebetulan ada ponselnya yang nganggur
maka Mama saya memeberi saya ponsel yang baru. lama sih sebenarnya, bekas mama saya Ponsel baru sekaligus ponsel
kelima saya adalah Sony Ericsson K530i. Ponsel ini mendukung Java sehingga
banyak aplikasi dan game yang bisa di-install. Selain itu fiturnya juga sesuai dengan spesifikasi pada jamannya. 3G?
Ada, Bluetooth?Ada, External Memory Card? Ada, USB Connection? Ada. Fitur lengkap inilah yang membuat SE K530i adalah
ponsel non smartphone kesayangan saya. Ponsel ini pun awet saya gunakan sampai tahun
2012 dimana saya mulai tertarik menggunakan smartphone.
Saya akhirnya memutuskan untuk berganti ponsel dan SE K530i ini sekarang entah
kemana. Mama saya yang membelikan saya smartphone
bilang ponsel SE saya tidak dijual karena Sony Ericsson memang terkenal dengan aftermarket value-nya yang rendah.
Mungkin ponsel ini masih setia menunggu saya di laci kamar Mama saya yang tak
pernah saya sentuh, menunggu tuannya untuk rindu akan nostalgia bersama.
Lanjut ke ponsel keenam saya alias smartphone pertama saya yaitu Sony Xperia Mini. Si Mini, panggilan
sayang ponsel ini, adalah ponsel Android pertama saya. Uniknya kalau sebagian
besar ponsel android menggunakan touch
screen untuk mengetik si Mini punya keyboard
QWERTY untuk mempermudah pengetikan karena layarnya yang, well¸mini! Si Mini dilengkapi dengan Android 2.1, 3G, Bluetooth, touch screen, QWERTY keyboard, dan fitur lainnya. Sayangnya,
si Mini hanya saya pakai selama kurang lebih 1 tahun saja karena saya kembali
mendapat musibah dengan ponsel saya. Suatu hari pas saya kelas 13, saya dan
teman saya memutuskan untuk pergi ke warnet untuk bermain DOTA. Pada saat di
perjalanan saya medapat panggilan entah dari siapa saya lupa. Saya berhenti
sejenak, mengangkat panggilan tersebut, menyisipkan smartphone saya ke dalam helm, lalu melanjutkan perjalanan. Saya
sisipkan ke helm supaya bisa tetap mengobrol walau di jalan. Sialnya lagi saat
saya lewat jalan tikus alias gang kecil saya tidak sadar kalau ponsel saya itu jatuh
dan saya baru sadar saat di jalan raya saya merasa helm saya tiba-tiba jadi lebih ringan
seakan-akan tidak ada seusatu yang saya sisipkan tadi. Begitu paniknya saya
mengetahui smartphone saya terjatuh
entah dimana. Saya meminta teman saya untuk berhenti dan meminjam ponsel mereka
untuk memanggil smartphone saya.
Rezeki noplok untuk yang menemukan smartphone saya! Begitu saya panggil si
Mini langsung saja panggilan saya di-reject
dan saat saya mau panggil lagi si Mini dimatikan oleh bajingan orang yang
menemukan smartphone saya! smartphone, not so smart user Tapi saya
tidak mau menjadi seorang party pooper.
Walau si Mini saya hilang, saya bilang kepada teman saya untuk melanjutkan
perjalanan, karena tujuan kita adalah satu yaitu DOTA! HIDUP DOTA!
Setelah kepergian si Mini, pada ulang tahun saya yang ke 18
saya dikejutkan oleh Papa saya. Pagi-pagi sebelum beliau berangkat kerja, Papa
saya membangunkan saya dan menyelamati saya lalu memberikan saya kotak putih
yang bertuliskan Samsung Galaxy Young. Ya, Samsung Galaxy Young (generasi
pertama) adalah ponsel saya yang ketujuh alias smartphone saya yang kedua. Galaxy Young Lex saya mempunyai fitur
standar dengan spesifikasi Android low-end
dengan RAM 290 MB, memori internal sebesar 180MB dan baterai yang hanya berdaya
1200mAh. yang minimal di-charge
sehari 2 kali Galaxy ini saya pakai dari kelas 13 akhir sampai semester 3
kuliah di UNY. Smartphone ini masih
awet sampai sekarang walau tombol powernya udah rada geblek dan sekarang
beralih fungsi menjadi alarm walau sekarang sudah tidak pernah saya gunakan
lagi dan dibiarkan tergeletak tak berdaya di meja. Ada yang spesial dari smartphone ini karena selama saya
pacaran, si Galaxy ini selalu ada untuk saya. Pas saya pacaran pertama, saya
berkomunikasi dengan mantan pacar saya dulu dengan si Galaxy. Dari mulai senang
berbunga-bunga sampai marahan tiada tara saya lalui bersama dengan smartphone tercinta ini. Setelah putus
dengan pacar pertama saya, si Galaxy pernah saya pinjamkan kepada mantan pacar kedua
saya. Jadi dulu ceritanya mantan pacar kedua saya dulu belum punya smartphone dan kalau kita berkomunikasi
lewat sms akan boros karena kita berbeda operator. Akhirnya saya punya ide
untuk meminjamkan ponsel saya agar tetap bisa berkomunikasi lewat instant messenger seperti BBM atau WA.
Sungguh kenangan yang tak terlupakan dengan smartphone
tersayang. njir baper
Merasa si Galaxy sudah ketinggalan jaman, saya pun
memutuskan untuk mebeli smartphone
baru. Ponsel kedelapan alias smartphone ketiga
saya adalah Sony Xperia E3. Alasan utama saya membeli smartphone ini adalah untuk merasakan jaringan 4G yang waktu itu
baru muncul di Indonesia. Selain itu juga E3 adalah smartphone 4G termurah dengan harga sekitar 2 juta Rupiah. Namun
sialnya E3 yang mendukung jaringan 4G tidak dijual di Indonesia. Karena saya
sudah duluan tanya-tanya dan ingin segera melepas smartphone jadul ini maka saya langsung membeli E3. Spesifikasi E3
standar layaknya smartphone low-end dengan jaringan HSDPA, RAM 1 GB,
processor 1,2 Ghz dan internal memory sebesar 4 GB. Smartphone ini saya pakai mulai dari
semester 3 akhir sampai semester 6 akhir, tepatnya pas saya KKN. Saat saya KKN
di desa Terong, E3 saya rusak karena saat itu sering terjatuh dan touch screen-nya pun jadi geblek rusak.
Saya pun turun dari desa Terong, Dlingo, Bantul ke Jogja untuk mereparasi E3 saya dengan membawanya ke Sony
Service Center. Ternyata biaya reparasinya mahal dan perlu menunggu selama 1
bulan karena spare part-nya harus di-import terlebih dahulu dari luar negeri.
Setelah itu saya coba-coba ke Jogjatronik untuk mereparasi HP saya dan hasilnya
pun sama dengan harga yang mahal dan waktu menunggu yang lama. Akhirnya saya
pun sementara menggunakan si Galaxy untuk komunikasi. Sebelum dinyatakan
benar-benar rusak sehari sebelumnya saya browsing
toko online untuk melihat smartphone
baru. Saya pikir mungkin E3 saya ini mengerti saya sehingga dia merusakkan
dirinya sendiri agar saya dapat beli smartphone
baru lagi. mungkin juga dia ngambek
Kemudian saya mengadu kepada Papa saya kalau smartphone saya rusak dan minta Papa
saya untuk meminjamkan salah satu smartphone-nya.
Papa saya memang punya banyak smartphone
karena beliau orang yang sibuk dan dihubungi dan menghubungi banyak orang. Ada yang untuk menghubungi orang kantor, tukang siomay temannya, polisi, presiden client, ojek keluarga, dan lainnya. Papa
saya pun meminjamkan saya smartphone-nya
yang bermerk Oppo, tepatnya Oppo Clover yang menjadi ponsel kesembilan alias smartphone keempat saya. Clover ini adalah smartphone low end yang spesifikasinya lebih rendah dari E3 saya. Sebelum Papa
saya meminjamkan Clover-nya beliau bilang bahwa Clover-nya akan direparasi
terlebih dahulu karena tidak bisa charging.
1 bulan saya menunggu dan si Clover pun akhirnya datang. Namun sungguh kecewa
saya karena smartphone ini tetap
tidak bisa charging. Saya pun
akhirnya membeli charger desktop. Dengan menggunakan itu baterai
Clover mau mengisi, tapi butuh waktu yang lama sekitar 6 jam! Selain itu charger-nya pun murahan dan akhirnya
hanya bertahan 2 minggu saja. Saya membeli charger
baru lagi tapi tetap saja tidak awet. Karena stress dengan hal itu saya pun
akhirnya memutuskan untuk membeli smartphone
baru dan kembali menggunakan Galaxy seraya mengumpulkan uang.
2 bulan saya mengumpulkan uang dan akhirnya saya punya cukup
uang untuk membeli smartphone baru.
Saya yang rajin menabung jijik ini kembali ke Jogjatronik, ditemani dengan teman saya
si Ahmed. Saya memutuskan untuk membeli ponsel kesepuluh saya alias smartphone kelima saya yaitu Xiaomi Redmi
Note 3. Spesifikasi smartphone ini
memuaskan dengan jaringan 4G, layar 5,5 inch, dual sim, processor octa-core, RAM 2 GB, dan internal memory 16 GB. Saat ini saya menggunakan si Mimi ,panggilan
sayang saya ke smartphone ini, dan
performanya pun memuaskan. Saya jarang menemukan trouble dan tidak pernah ada kasus slowing down saat saya gunakan. Namun sesempurna apapun suatu benda pasti punya
kelemahan. Si Mimi yang dilengkapi dengan Operating
System MIUI 8.0.1.0 ini mempunyai bug
pada Play Store yaitu tidak bisa mengunduh atau memperbaharui aplikasi tanpa
jaringan WiFi. Jadi kalau saya ingin
memperbaharui versi WhatsApp saya, saya harus mencari WiFi gratis dulu baru bisa memperbaharuinya. Tapi kelemahan ini saya
siasati dengan menggunakan laptop saya yang terdaftar WiFi kampus dan membagi koneksinya dengan smartphone saya. tumben pinter Ada juga cerita lucu dengan si Mimi. Alkisah saya
waktu pertama membeli si Mimi, saya sudah janji dengan mantan pacar saya saat
itu untuk memonton dia menari di 0 KM Jogja jam 7. Saya yang saat itu yang baru membeli
si Mimi pada jam 5 langsung berangkat ke 0 KM, tapi ternyata saya lupa
mengunduh WhatsApp untuk berkomunikasi dengan mantan pacar saya. Saya pun lekas membuka Play Store dan
mengunduh WhatsApp, tapi ternyata tidak bisa karena ada bug yang saya sebutkan tadi. Saya akhirnya kembali ke Jogjatronik dan
meminta kepada petugas counter tempat
saya membeli smartphone saya untuk
memperbaikinya. Dicoba-coba selama 2 jam lebih oleh petugasnya ternyata tidak
bisa dan mereka pun menyerah. thanks for nothing,loser Untungnya salah satu petugas
mau berbaik hati men-tether smartphone-nya
agar saya dapat menunduh WhatsApp. Tapi ternyata butuh waktu yang lama untuk
mengunduh WhatsApp dengan koneksi yang buruk pada saat itu. Akhirnya salah satu
petugas punya ide yaitu dengan membagi aplikasi yang sudah ter-install di smartphone-nya dengan aplikasi Shareit. Setelah saya meminta banyak
aplikasi penting seperti WhatsApp, Line, BBM, game tahu bulat, dan yang lainnya saya
pun bergegas menuju 0 KM. Waktu menunjukkan pukul 8 dan saya pun datang
terlambat. Kalian bisa tebak lanjutannya, mantan pacar saya memasang muka nyeremin dan saya kena semprot karena
tidak menonton penampilannya. Tapi yang namanya pacar mau semarah apapun akan
luluh jika kita mengembalikan mood-nya
dan cara saya mengembalikan mood dia
adalah dengan cara ber-selfie ria di photo booth dengan smartphone baru saya. dasar cewek seneng dah kalau udah selfie
Begitulah kisah saya dengan mantan ponsel-ponsel saya.
Saat ini saya masih memegang Redmi Note 3 alias si Mimi. Semoga saja si Mimi
ini awet setidaknya sampai saya punya uang lagi untuk membeli smartphone baru. dan jangan sampe rusak
duluan kayak E3 gw Banyak kisah dan kenangan baik yang buruk maupun yang baik
saya lewati bersama ponsel-ponsel saya. Pada saat memiliki Nokia 5300 saya
mendapat pelajaran yang berharga. Ketika saya memegang ponsel Samsung saya yang
flip saya mendapat kenangan yang miris tak
terlupakan. Sama halnya dengan smartphone
Galaxy dan Xperia E3 saya yang saya gunakan untuk berpacaran. Sebenarnya semua
ponsel itu sama, sebagai wadah untuk berkomunikasi. Mendekatkan yang jauh
kadang sebaliknya dan membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Ponsel atau smartphone adalah gadget pintar yang kita kendalikan untuk melakukan banyak
pekerjaan. Kita sebagai manusia yang mempunyai otak di dengkul harusnya sadar
agar tidak malah dikendalikan oleh alat tersebut akibat ketagihan.
Oke tengkyu segitu dulu aja ya!
0 Komen:
Posting Komentar
Komennya yang bermutu ya :D